Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan
Oleh: Dede Jeri Adrian
Irma Nurmahesa itulah nama panjangmu. Biasa di panggil teh Irma. Aku mengenalmu saat SMA dimana saat itu kamu gabung dengan organisasi yang aku pimpin Ekstrakulikuler Keagamaan. Seiring dengan intensnya pertemuaan kita, muncul benih-benih cinta. Aku memperhatikanmu siswi yang ceria penuh semangat dalam belajar dan ramah. Entah apa yang muncul dalam pikiranku yang jelas saat itu rasanya senang ketika berjumpa denganmu, meskipun hanya berpapasan atau melihatmu dari kejauhan. Aku bertanya pada diri, saat itu, apakah ini yang dinamakan jatuh cinta? Entahlah yang jelas hari ini aku bahagia melihatmu.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, nampak kecantikanmu bertambah menawan. Sampai aku memanjatkan doa agar engkau menjadi pendampingku. Doa itu aku panjatkan cukup lama sampai akhirnya aku harus meninggalkanmu karena pendidikanku telah selesai di SMA dan harus lanjut ke jenjang selanjutnya. Setelah sekian lama tak berjumpa, rindu mulai merasuk dada, kekasih tercinta bagaimanakah keadaan anda.
Beberapa kali aku stalking facebookmu hanya untuk memastikan kabarmu dan melihat wajahmu. Aku lontarkan salam di kolom chat facebookmu. Masya Allah betapa bahagianya hati ini ketika kamu balas. Dunia bagaiman bunga seluruhnya, aku begitu fokus menyusun kata-kata untuk menyapamu. Tanya kabar hingga saling mendoakan itulah yang menjadi obrolan kami. Dalam hatiku yang terdalam mengatakan aku mencintaimu Irma, tapi belum berani aku lontarkan. Sampai suatu waktu tiba.
Aku diminta untuk mencari pasangan, tak ada dalam pikiranku kecuali Irma Nurmahesa. Tapi saat ini aku enggak tahu engkau dimana, no hpmu tak punya, chat facebookku enggak dijawab dan wa mu kamu enggak ngasih. Galau hati ini karena sang pujaan hati tak bisa dihubungi. Sampai suatu waktu engkau membalas chat ku dan hari itu kamu sedang on, betapa bahagiaku mengobrol denganmu. Satu aku sampaikan bahwa aku ketitipan hadiah ulang tahun dai fans rahasia teh Irma, wah dia penasaran sekali. Senang aku membuat dia penasaran. Niatku ingin menemuinya tapi dia tak memberiku kesempatan untuk menemuinya. Singkat cerita apa boleh di kata, dia hanya berpesan titipkan saja ke temannya. Apalah daya, aku ikuti keinginannya. Disana aku tuliskan perasaanku dan aku titipkan hadiah untuknya.
Setelah surat itu terhantar tak ada kabar darimu selama enam bulan. Entah sudah dibaca apa belum aku tak tahu, apakah sudah sampai atau belum aku tak tahu juga. Biarlah alam yang membawa perasaanku ini. sampai suatu waktu ada kegiatan reuni alumni ektrakulikuler keagamaan. Disana engkau hadir, saat itu aku jadi penggagas dan panitianya. Wajah anggun dan pemalumu masih seperti dulu. Ingin aku menegurmu terlebih dahulu, tapi rasa maluku menghantuiku. Tak sempat kami bertegur sapa hanya senyuman dan salam saja yang terlontar dari mulutmu saat engkau berpapasan denganmu. Oh alam semesta betapa saat itu aku ingin sekali mendekatimu dan mengatakan kepadamu bagaimana dengan suratku. Cukuplah aku berharap sekian lama tapi nampaknya tidak ada roma engkau membalas cintaku, nampaknya cintaku bertepuk sebelah tangan. Sampai saat kami kumpul engkau hanya tunduk dan tak berani menatapku. Ya sudahlah, saat itu kami pun bubar, aku pun hendak mengubur dalam-dalam perasaan ini.
Betul saja dua minggu setelah pertemuan itu, kamu balas suratku di facebook, begitu panjang dan menyayat hati. tapi engkau menolakku dengan penuh kelembutan hingga aku tak merasa sakit hati tapi aku merasa kagum kepadamu. Saat itu aku belum bisa memutuskan apakah mengubur dalam-dalam perasaan ini ataukah perjuangkan. Emmmhz, apa lagi yang harus diperjuangkan wong cintaku hanya bertepuk sebelah tangan. Sudahlah aku cari lagi wanita yang, meskipun hati ini masih mengharapkannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Kaidah Tafsir M. Quraish Shihab

Inilah Hidupku